Tapi kita tak pernah bersungut-sungut menghadapi punggung-punggung figuran lain, yang menambah jarak kian jauh dari pusat cerita itu. Kita tersenyum saja ketika sutradara menyuruh tersenyum. Dan kalau harus menangis itu bukan karena kita bersedih sebab terpinggirkan terus di panggung pertunjukan. Tawa-tangis bukan untuk pribadi kita, tapi permainan peran yang total tanpa protes, cemoohan, maupun hujatan. Kita nikmati saja selalu secuil ruang dan adegan yang dijatahkan untuk kita ini. Sebab ketika nanti tirai diturunkan, kita tak ingin merasa belum pernah berada di panggung ini yang satu kisah dengan bintang-bintang hebat itu.
Di depan gerbang kematian, apakah kita mau belum merasakan hidup?