Di awal tahun ini, yang belum lama berselang, saya sempat menyatakan pada diri sendiri bahwa saya rindu dengan situasi dilanda sakit demam. Bukan sakitnya yang saya inginkan, tapi alasan untuk bisa berbaring berlama-lama di kasur tanpa rasa bersalah. Sebab, dalam kondisi sehat saya akan marah jika melewatkan satu hari tanpa memegang kuas, mengguratkan warna pada kanvas. Dengan alasan masuk angin saya bisa berpaling dari lukisan tanpa beban moral.
Tapi benarkah bisa demikian?
Tiga malam ini saya lewatkan tidur dengan badan dipenuhi pegal dan nyeri. Kepala penat menyebabkan pikiran di dalamnya kacau tak beraturan. Ah, saya punya alasan untuk bermanja-manja di kasur, sembari mengabaikan pekerjaan. Tapi itu tidak bisa saya wujudkan. Tetap saja saya mencuri waktu istirahat itu untuk duduk di depan lukisan yang masih meringis karena objek utamanya belum tergarap. Melihat lukisan yang belum rampung itu saya marah pada penyakit ini, dan bersumpah untuk melawan serta mengusirnya segera.
Seletih dan sejemu apa pun badan dan pikiran yang disebabkan oleh kerja, adalah lebih baik ketimbang mencari alasan untuk bermalas-malasan.
***
Tulisan ini saya buat sebagai bagian dari upaya untuk mengusir demam, yang demam itu justru akan berjingkrak-jingkrak ketika saya merebahkan badan.
Setelah ini, saya akan memegang kuas lagi!