Once touched, they never get off the ground
Jangan sentuh sayap kupu-kupu dengan tangan usilmu itu. Hasrat pikiran dalam rongga kepalamu hanya akan merusaknya. Sepasang membran tipis penuh warna mencolok memang telah memikatmu, tapi kau rupanya tak puas dengan memandangnya saja. Kepakan sayap yang pelan saat hinggap pada bunga kauhentikan dengan jari-jarimu, kaujepit hingga lumpuhlah kekuatan terbang makhluk rapuh itu.
Kau tidak mau tahu penderitaannya dulu sewaktu menjadi ulat bulu; dicengkeram oleh kerakusan, keinginan, dan mimpi-mimpi yang tak pernah terpuaskan. Kamu abaikan saja segala upaya dahsyatnya untuk berubah menjadi keindahan lewat pertapaan di ruang pengap, sempit, dan jemu. Kau baru jumpai dia setelah semua warna cemerlang itu menampak di matamu.
Padahal di sebelah itu, ada sisa kulit kepompong yang sudah melompong, ada daun kering penuh dengan bolong-bolong, tanda-tanda dari masa lalu. Tapi kau tak sedikitpun sanggup menghimpun serpihan yang ada menjadi suatu pengetahuan yang utuh. Kau hanya mau tahu kalau kupu-kupu pastilah selalu bahagia; dulu, sekarang, dan nanti, bahkan jika tanganmu itu sudah menghancurkan sayapnya.
Jangan sentuh sayap kupu-kupu, ia tak akan bisa terbang lagi. Bergegaslah belajar, Nak.