Kaki ini bahkan tak bisa disebut sepasang,
Lihat saja langkahnya yang selalu timpang,
Meski menyusuri tanah datar nan lapang,
Yang bebas dari segala kerikil maupun lobang.
Kaki yang tak genap ini menanggung tugas ganda,
Menyambut pekerjaan si tangan yang tak pernah ada,
Untuk melahirkan karya-karya cantik rupa,
Bukan tempat mengalirnya air mata duka.

Kaki mesti di bawah, begitu kesepakatan orang,
Tapi kubawa sejajar kepala bukan karena lancang,
Tak hendak kusandera tanganmu seluruh waktu,
Demi tindakan yang aku sendiri masih mampu.
Pada tebing curam kaki ini sungguh merindukan,
Menapaki, merayapi, menaklukkan hingga ketinggian,
Tapi pasrah saat tak sanggup penuhi kehendak angan,
Letih sudah menyapa hanya ketika menopang badan.
Kaki yang tak pernah berkawan tangan,
Tertatih sepanjang jalan kehidupan.
Menyambut pekerjaan si tangan yang tak pernah ada,
Untuk melahirkan karya-karya cantik rupa,
Bukan tempat mengalirnya air mata duka.

Tapi kubawa sejajar kepala bukan karena lancang,
Tak hendak kusandera tanganmu seluruh waktu,
Demi tindakan yang aku sendiri masih mampu.
Menapaki, merayapi, menaklukkan hingga ketinggian,
Tapi pasrah saat tak sanggup penuhi kehendak angan,
Letih sudah menyapa hanya ketika menopang badan.
Tertatih sepanjang jalan kehidupan.